PERTENTANGAN SOSIAL
Demo adalah salah satu contoh akibat Pertentangan Sosial
Pertentangan sosial merupakan suatu
penyimpangan yang biasanya didasari oleh kesalahpahaman. Pertentangan
sosial dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari sebagai contohnya:
tawuran, peperangan antar suku dan juga kekerasan dalam rumah tangga.
Semua itu hanya ingin memuaskan keegoisan masing-masing yang ingin
memenangkan dirinya sendiri.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial:
- Rasa iri antara individu, negara, dan masyarakat.
- Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan.
- Banyak adu domba antara politik, agama, suku serta budaya.
PERBEDAAN KEPENTINGAN
Kepentingan merupakan dasar dari
timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya
esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu
berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan
sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah
baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah
laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada
hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung arti
bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya,
baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan
individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain
berupa:
- Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
- Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
- Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
- Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
- Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
- Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
- Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
- Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu:
- Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.
- Fase dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
Fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
- Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
- Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
- Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
- Sanksi sudah menjadi lemah.
- Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
Diskriminasi
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan
yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat
berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam
masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk
membeda-bedakan yang lain.
- Diskriminasi langsung, terjadi saat
hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat
adanya peluang yang sama.
- Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk
melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri, maksudnya
Etnosentrisme yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik,
mutlak, dan dipergunakannya tolak ukur untuk menilai dan membedakannya
dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan, yakni :
- Tipe pertama adalah etnosentrisme
fleksibel. Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar
cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan
bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya
mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang
budayanya.
- Tipe kedua adalah etnosentrisme
infleksibel. Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk
keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu
berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku
orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
PERTENTANGAN DAN KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik mengandung pengertian tingkah
laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen
dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu:
- Terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik.
- Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.
- Terdapat interraksi diantar bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang
dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan
kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri
seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara pemecahan konflik
tersebut, yaitu:
- Elimination, pengunduran diri dari salah satu pihak yang terlibat konflik.
- Subjugation atau Domination, pihak yang mempunyai kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah.
- Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting.
- Minority Consent, artinya kelompok
mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan
dan menerima keputusan serta kesepakatan untuk melakukan kegiatan
bersama.
- Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
- Integration, artinya pendapat-pendapat
yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali
sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan
oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat
majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya
melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial.
Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan
Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara
masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka
dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda
tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat
dalam integrasi:
- Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya.
- Isu asli tidak asli, berkaitan dengan
perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli dengan
keturunan (tionghoa, arab).
- Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan.
- Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu.
Integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah
suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2
pengertian, yaitu:
- Pengendalian terhadap konflik dan
penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. Membuat suatu
keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
- Sedangkan yang disebut integrasi sosial
adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain
itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial diperlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik
merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila
sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
1. Faktor Internal
- Kesadaran diri sebagai makhluk sosial.
- Tuntutan kebutuhan.
- Jiwa dan semangat gotong royong.
2. Faktor Eksternal
- Tuntutan perkembangan zaman.
- Persamaan kebudayaan.
- Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama.
- Persaman visi, misi, dan tujuan.
- Sikap toleransi.
- Adanya kosensus nilai.
- Adanya tantangan dari luar.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar